KEISTIMEWAAN TASBIH, TAHMID, TAHLIL dan TAKBIR
KEISTIMEWAAN TASBIH, TAHMID, TAHLIL dan TAKBIR
Pertama: Pahalanya sepadan dengan amalan-amalan besar
Ummu Hani binti Abu Thalib radhiyallahu’anha bertutur,
“مَرَّ بِي ذَاتَ يَوْمٍ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ وَضَعُفْتُ … فَمُرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ وَأَنَا جَالِسَةٌ، قَالَ: “سَبِّحِي اللهَ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ، فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ رَقَبَةٍ تُعْتِقِينَهَا مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاحْمَدِي اللهَ مِائَةَ تَحْمِيدَةٍ، فإنها تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ فَرَسٍ مُسْرَجَةٍ مُلْجَمَةٍ تَحْمِلِينَ عَلَيْهَا فِي سَبِيلِ اللهِ، وَكَبِّرِي اللهَ مِائَةَ تَكْبِيرَةٍ، فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ بَدَنَةٍ مُقَلَّدَةٍ مُتَقَبَّلَةٍ، وَهَلِّلِي اللهَ مِائَةَ تَهْلِيلَةٍ … تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَلَا يُرْفَعُ يَوْمَئِذٍ لِأَحَدٍ مِثْلُ عَمَلِكَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَ بِمِثْلِ مَا أَتَيْتِ بِهِ “.
“Suatu hari Rosululloh shollallohu’alaihiwasallam lewat di sampingku. Aku pun berkata, “Wahai Rasululullah, sesungguhnya aku sudah tua dan lemah … Maka ajarkanlah padaku suatu amalan yang bisa kupraktekkan sambil aku duduk!”.
Beliau membalas, “Ucapkanlah tasbih seratus kali, sesungguhnya itu sepadan dengan memerdekakan seratus hamba sahaya dari keturunan nabi Ismail. Lalu ucapkanlah tahmid seratus kali, sesungguhnya itu sepadan dengan infak seratus kuda lengkap dengan pelana dan talinya untuk berperang di jalan Allah. Kemudian bertakbirlah seratus kali, sesungguhnya itu sepadan dengan berkurban seratus ekor onta yang diterima Allah. Lalu bertahlillah seratus kali … niscaya pahalanya akan memenuhi jarak antara langit dan bumi. Tidak ada seorangpun yang hari itu amalannya menandingi amalanmu, kecuali orang yang melakukan seperti apa yang kau lakukan”.
( Hadits Riwayat Ahmad dan isnadnya dinilai hasan oleh al-Mundziry dan al-Albany )
Kedua: Kalimat-kalimat tersebut berputar mengelilingi ‘Arsy sambil menyebut nama pengucapnya.
Rosulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“إِنَّ مِمَّا تَذْكُرُونَ مِنْ جَلَالِ اللَّهِ التَّسْبِيحَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّحْمِيدَ يَنْعَطِفْنَ حَوْلَ الْعَرْشِ لَهُنَّ دَوِيٌّ كَدَوِيِّ النَّحْلِ تُذَكِّرُ بِصَاحِبِهَا. أَمَا يُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَوْ لَا يَزَالَ لَهُ مَنْ يُذَكِّرُ بِهِ”.
“Sesungguhnya di antara dzikir yang kalian baca untuk mengagungkan Allah adalah: Tasbih, Tahlil dan Tahmid. Kalimat-kalimat tersebut akan berputar mengelilingi Arsy sambil bersuara seperti dengungan lebah.
Mereka menyebut-nyebut nama para pengucapnya. Tidakkah kalian menginginkan untuk selalu diingat-ingat (di sisi Allah)?”.
( Hadits Riwayat Ibn Majah dari an-Nu’man bin Basyir. Hadits ini dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan al-Albany )
( Sumber “Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr” karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr al-‘Abbad (I/157, 162-163)